my facebook

Profil Facebook Zuan Driza

Selasa, 17 Februari 2009

MY FICT STORIES : KUNJUNGAN AKU KE KENNEDY SPACE CENTER

Kennedy Space Center ini selalu menjadi tempat favorit saya....entah kenapa, tapi rasanya saya betah menikmati "keadaan" pusat tetek bengeknya Astronout ini...dan rasanya saya senang sekali bisa berimajinasi rasanya melanglang jagad raya.



jika kamu pingin ngerasain gimana rasanya jadi astronot tuch ada caranya bro ! tp ya emank sich akomodasinya tuch MAHAL !!! jadi kamu tuch harus pergi KENNEDY SPACE CENTER ini bro


Markas NASA juga berada dalam kompleks Kennedy Space Center yang emank terkenal luas . Tiket yang disediakan bagi para pengunjung cukup bervariatif. Semakin mahal tiket yang dibeli, maka akses yang didapat semakin dekat. Misalnya untuk masuk ke area-area khusus, maka tiket yang dibeli lebih mahal. Tiket paling murah adalah tiket untuk anak kecil sebesar $30.
tapi untuk mendapatkan latihan astronot selama sehari penuh, tour kompleks NASA dan makan siang bersama salah satu astronot NASA. Tipe tiket tersebut bernama Austronot Training Experience(ATX) dengan bandrol harga mencapai $268. Jumlah peserta untuk tiket jenis ini terbatas sekitar 13 orang per hari.


Jadi untuk kamu yg belum pernah kesana kuceritain dech kegiatan yang bakal di alami para peserta ATX , jadi Kegiatan biasanya dimulai pada pukul 10 pagi. Semua peserta yang hari itu terdiri dari beberapa negara dan juga sebuah keluarga dikumpulkan dalam satu ruangan untuk briefing terlebih dahulu. Pada momen ini dijelaskan secara singkat seluk beluk NASA, agenda kegiatan hari itu dan sedikit pengetahuan tentang astronot. Tiap-tiap peserta memperoleh sebuah kaos yang menunjukkan bahwa mereka adalah peserta ATX program.

Saat briefing selesai, kami dibawa ke sebuah ruangan yang lebih mirip seperti bengkel. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa modul untuk simulasi dan latihan. Modul-modul tersebut antara lain multi-axis training, 1/6 gravity chair, sebuah moncong pesawat luar angkasa untuk simulasi penerbangan dan sebuah ruang kontrol untuk kendali misi peluncuran. Di ruangan inilah nantinya Kangtanto bersama peserta lain akan melakukan simulasi dan latihan. Ruangan ini berada di gedung Hall of Fame dalam kompleks Kennedy Space Center.


Menjelang makan siang, sebuah bus membawa kami ke bagian kompleks yang lain. Sebelum memasuki ruangan yang hanya bisa diakses oleh pegawai, kami diperiksa secara intensif untuk meyakinkan bahwa kami tidak membawa senjata berbahaya. Saat kami sedang makan siang, tampak seorang lelaki yang sudah lumayan tua memperkenalkan diri sebagai Alfred Warden. Dialah astronot yang menjadi tamu hari itu. Ia menceritakan pengalamannya saat meluncur ke ruang angkasa bersama tim Apollo 15 pada tahun 1966.


Al Warden mengawali ceritanya dengan kehidupan sehari-hari seorang manusia, mulai dari mandi hingga maaf, buang air besar. Ia menceritakan bahwa seorang astronot tidak memerlukan mandi sama sekali, mengingat saat di luar angkasa mereka berada diruangan yang tidak ada bakteri di dalamnya, sehingga walaupun tidak mandi selama dua tahun tidak akan menimbulkan bau badan. Makanan yang mereka konsumsi berada dalam paket-paket kecil yang bisa dengan cepat dikonsumsi. Jangan berharap ada toilet di stasiun ruang angkasa, karena mereka hanya diberi fasilitas semcam plastik kecil untuk buang air besar. Tiap kali mereka melakukannya, mereka harus menuliskan nama dan tanggal pada bungkusan tersebut yang selanjutnya akan diteliti oleh pihak dokter saat “bingkisan” itu mendarat di bumi.



Cerita yang menarik adalah tentang konsep dasar teknik peluncuran pesawat luar angkasa. Ia menjelaskan dengan mengambil teori fisika dasar saat kita melempar batu ke atas yang selanjutnya akan tetap jatuh. Seberapapun kuatnya kita melempar, maka batu tersebut akan tetap jatuh ke bumi karena adanya daya tarik gravitasi. Akan tetapi dengan semakin kuat kita melempar, maka jarak jatuh benda tersebut semakin jauh dari tempat kita melempar tadi. Teori dasar inilah yang dipakai saat mereka mendorong pesawat ke luar angkasa. Pesawat akan didorong dengan roket sekuat tenaga hingga keluar dari area gravitasi bumi atau setidaknya 2/3 dari jarak ke bulan.


Al Warden tertulis dalam Guinness Book of Record sebagai manusia paling terisolasi saat ia harus sendirian mengoperasikan module di bulan dengan jarak paling jauh dari rekan lainnya. Ia berada pada jarak 2235 miles dari manusia lainnya saat itu.


Setelah makan siang selesai dan tak lupa foto bareng dengan Al Warden, kami diantar keliling seluruh komplek Kennedy Space Center. Beberapa komplek yang sempat kami kunjungi antara lain laboratorium tempat mengetest instrumen-instrumen yang akan dipakai di luar angkasa, kantor NASA sendiri, dan launch pad atau tempat diluncurkannya pesawat luar angkasa yang ada dua tempat. Komponen-komponen pesawat tidaklah seluruhnya dibuat di NASA, akan tetapi tersebat di beberapa tempat, misalnya di sebuah Universitas.


Setiap kali ada peluncuran, maka setiap orang dilarang berada dalam jarak 3 mil dari tempat peluncuran kecuali astronot yang ada dalam pesawat. Hal ini dikarenakan suara yang timbul saat peluncuran, bisa mematikan, tak terkecuali hewan-hewan di sekitarnya. Jika Anda pernah melihat video tentang peluncuran satelit NASA, akan nampak asap tebal mengepul dari ekor pesawat. Sebenarnya itu semua bukanlah murni asap, akan tetapi air yang ditumpahkan dari menara penampungan air yang ada di setiap sudut launch pad. Tujuannya adalah untuk meredam suara yang timbul akibat peluncuran tersebut.


Usai mengelilingi seluruh kompleks Kennedy Space Center, kami kembali ke gedung Hall of Fame untuk memulai pelatihan kami. Kami dibagi menjadi dua tim, yakni tim Discovery dan Atlantis. Satu tim melakukan simulasi peluncuran sedangkan tim lainnya melakukan latihan menggunakan module yang ada.


Latihan yang kami pertama lakukan adalah untuk jalan di permukaan bulan. Gravitasi permukaan bulan tidak sebesar di Bumi, sehingga ada teknik khusus untuk berjalan di bulan. Teknik yang pertama adalah berjalan dengan cara mengayunkan kedua tangan kebelakang sedangkan dua kaki secara bersamaan melompat dengan posisi tubuh membungkuk. Teknik yang kedua bernama Sidestep. Teknik ini merupakan teknik dengan cara berjalan menyamping dengan menggunakan tumpuan kaki terkuat. Teknik ini merupakan teknik yang paling mudah. Teknik yang terakhir adalah berjalan ala robot dengan lompatan. Ini yang paling sulit, karena harus melompat dengan ayunan kaki dan tangan yang sama. Untuk melakukan ini, maka tiap peserta terikat dalam sebuah tali yang digantung di atas, kemudia tali tersebut dinaikkan sehingga kaki peserta tidak sepenuhnya menginjak tanah.


Module yang kedua yakni 1/6 gravity chair. Disini kami duduk di atas kursi yang dikelilingi besi-besi yang melingkar. Selanjutanya kursi ini diputar dengan putaran yang acak, dan lingkaran-lingkaran yang mengelilinginya juga ikut berputar. Saat melihat, memang terasa menakutkan dan akan timbul perasaan akan mual atau pusing kepala. Kenyataanya tidak, hal ini dikarenakan titik putaran lurus dengan perut. Putaran ini dilakukan selama 1 menit. Nuansanya benar-benar seru, seolah-olah akan jatuh dari ketinggian, kemudian balik lagi ke atas dan kemudian akan jatuh lagi. Apalagi putaran tidak hanya atas bawah, tetapi juga kanan kiri. Yang paling menyiksa adalah putaran yang tidak “ikhlas”, maksudnya belum sepenuhnya diputar ke kiri secara mendadak di balikkan atau di putar arah sebaliknya. Untuk astronot asli waktu yang diperlukan mencapai 45 menit, bagi orang awam kayak kami ya bisa rontok onderdil kalau selama itu....hehehe......


Pada sesi simulasi, tiap orang mendapatkan peran masing-masing, ada yang menjadi Pilot, Commander, Flight Director, Public Affair Officer(PDO), Space Transportation System dan lain-lain. Kangtanto sendiri berperan sebagai Flight Dynamic Officer(FDO). FDO ini berperan untuk melihat angka-angka yang rumit yaitu yang menunjukkan suhu, velocity, arah angin, kecepatan angin dan beberapa kondisi alam lainnya. Angka-angka ini menunjukkan apakah keadaan cuaca sekitar memungkinkan untuk melakukan peluncuran atau tidak.


Sebuah skenario telah dibuat, hingga tiap-tiap orang mengetahui apa yang harus dilakukan. Lelet “diharamkan” dalam simulasi ini, mengingat setiap orang harus dengan cepat menanggapi laporan dan pertanyaan dari orang yang bertugas di bagian yang lain. Misalnya sang komandan akan menanyakan pada FDO tentang kondisi sekitar, maka FDO harus membaca angka pada layar monitor yang terus berubah-rubah, mulai wind speed, velocity, current temperature dan arah angin. Jika semua sudah oke, maka perhitungan mundurpun dilakukan.

Five, four, three, two, one.....mark..” kataku


Pesawatpun langsung menyala dan nampak meluncur. Tentunya ini ditunjukkan pada layar besar di atas ruang kontrol. Gambar yang ditampilkan mirip gambar dalam game 3 dimensi. Para pilot yang berada dalam modul moncong pesawat harus merubah panel-panel yang ada untuk tetap menjaga kendali pesawat. Sesaat setelah keluar dari Bumi, peluncur pesawatpun melepaskan diri, selanjutnya shuttle space menuju ke stasiun ruang angkasa untuk menggabungkan diri, menurunkan personil dan menyuplai baik bahan makanan maupun mengambil sampah. Shuttle space inilah yang kemudian kembali ke bumi.


Pendaratan adalah hal yang paling susah, mengingat banyaknya panel yang harus dirubah untuk menentukan arah laju pesawat. kami sendiri sempat pusing membaca banyak angka yang harus dilaporlan pada sang komandan. Masalahnya harus dalam bahasa inggris plus dibaca satuannya, misalnya kecepatan angin dalam Mph yakni miles per hour.


Tempat pendaratan shuttle space tidak hanya di Florida saja akan tetapi tersebar di beberapa tempat salah satunya adalah di California. Diutamakan mendarat di Florida, karena jika semakin jauh, maka biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal untuk transportasi pesawat. Shuttle space ini sangat cepat, hingga salah satu personil mengatakan jika Australia-Amerika ditempuh selama 23 jam dengan pesawat biasa, maka untuk shuttle space cukup 45 menit. Semua kru melonjak gembira saat akhirnya pesawat mendarat kembali setelah melakukan dua kali pendaratan. Pendaratan yang pertama gagal karena kesalahan navigasi dan pesawat nyebur ke laut. Akhirnya terpaksa diulangi. Seru banget ternyata. Tidak bisa membayangkan betapa hebat orang-orang yang terlibat di tim NASA.


Sebelum pelatihan ini ditutup, masing-masing dari kami mendapat sertifikat lulus pelatihan astronot yang ditanda tangani oleh Al Warden, sebuah piring bermotif pesawat NASA dan beberapa merchandise lainnya. Terimakasih NASA atas pengalaman hebatnya.


ehmm moga aja dech suatu hari nanti aq juga bs ngerasain jd astronot

"SOMEDAY I WILL"



MY PLAYLIST

Click here to get your free mobile phone or apple ipod Click here to get your free mobile phone or apple ipod Click here to get your free mobile phone or apple ipod Click here to get your free mobile phone or apple ipod